Bersedekahlah seperti Orang Meludah, Analogi Yang Salah
Betapa sering kita mendenganrkan bahwa demi menggambarkan bagaimana agar bisa menjaga keikhlasan saat bersedekah harus seperti orang meludah, atau seperti orang buang air besar. Analogi seperti ini jika terus terusan di pegang akan menimbulkan pemaknaan yang salah.
Bagaimana tidak, ketika kita meludah maka tentu saja kita tidak peduli bagaimana nasib ludah kita, karena memang tidak ada nilainya sama sekali. Sedangkan sedekah, yang paling afdol, jika kita berpedoman kepada titah Rosululloh dan contoh yang ditunjukkan salafussalih adalah mengeluarkan apa yang paling istimewa buat kita, apa yang paling kita cintai. Jadi sangat berbeda.
Bersedekah seperti orang meludah adalah seperti mengeluarkan sesuatu yang kita miliki yang memang kita tidak membutuhkannya lagi. Ini tidak salah, namun jika terbiasa dengan hal seperti ini akan kurang berkwalitas sedekah kita. Kita tidak lagi merasa bahwa harta kita berkurang, karena memang yang diberikan sudah tidak bermanfaat lagi. Misalnya kita memberikan sarung kepada orang lain, dengan alasan sarung kita lebih dari tiga buah. Tentu ini akan sangat berbeda jika yang kita berikan kepada orang lain adalah sepeda yang itu adalah satu-satunya sepeda yang paling kita sukai. Atau kita beli baju kesukaan kita, dengan harga yang tinggi yang niat kita memang untuk diberikan kepada orang lain, inilah sedekah yang sempurna.
Bahkan jika menganalogikan sedekah atau infak dengan "buang hajat", maka tentu saja ini jorok sekali. Bagaikan bersedekah dengan apa yang justru mengakibatkan hal yang tidak baik jika kita tidak membuangnya. Ini menggambarkan kecilnya nilai sedekah yang dilakukan.
Maka sedekah itu harus menyebabkan kita sedikit "ngoyo", selain biar lebih terasa ini juga menunjukkan bahwa kita mengeluarkan potensi yang kita miliki secara maksimal untuk menyempurnakan sedekah, infaq atau apapun yang dilakukan di jalan Allah, dengan keyakinan bahwa semua jerih payah kita akan terbalaskan di waktu yang akan datang. Wallohua'lam bishowab
Bagaimana tidak, ketika kita meludah maka tentu saja kita tidak peduli bagaimana nasib ludah kita, karena memang tidak ada nilainya sama sekali. Sedangkan sedekah, yang paling afdol, jika kita berpedoman kepada titah Rosululloh dan contoh yang ditunjukkan salafussalih adalah mengeluarkan apa yang paling istimewa buat kita, apa yang paling kita cintai. Jadi sangat berbeda.
Bersedekah seperti orang meludah adalah seperti mengeluarkan sesuatu yang kita miliki yang memang kita tidak membutuhkannya lagi. Ini tidak salah, namun jika terbiasa dengan hal seperti ini akan kurang berkwalitas sedekah kita. Kita tidak lagi merasa bahwa harta kita berkurang, karena memang yang diberikan sudah tidak bermanfaat lagi. Misalnya kita memberikan sarung kepada orang lain, dengan alasan sarung kita lebih dari tiga buah. Tentu ini akan sangat berbeda jika yang kita berikan kepada orang lain adalah sepeda yang itu adalah satu-satunya sepeda yang paling kita sukai. Atau kita beli baju kesukaan kita, dengan harga yang tinggi yang niat kita memang untuk diberikan kepada orang lain, inilah sedekah yang sempurna.
Bahkan jika menganalogikan sedekah atau infak dengan "buang hajat", maka tentu saja ini jorok sekali. Bagaikan bersedekah dengan apa yang justru mengakibatkan hal yang tidak baik jika kita tidak membuangnya. Ini menggambarkan kecilnya nilai sedekah yang dilakukan.
Maka sedekah itu harus menyebabkan kita sedikit "ngoyo", selain biar lebih terasa ini juga menunjukkan bahwa kita mengeluarkan potensi yang kita miliki secara maksimal untuk menyempurnakan sedekah, infaq atau apapun yang dilakukan di jalan Allah, dengan keyakinan bahwa semua jerih payah kita akan terbalaskan di waktu yang akan datang. Wallohua'lam bishowab
Bersedekahlah seperti Orang Meludah, Analogi Yang Salah
Reviewed by pdpm
on
Juli 04, 2019
Rating:
Tidak ada komentar