Negara Dalam Darurat, Sajak kebangsaan oleh Suparno M. Jamin
Wahai bangsaku...
Demi waktu,....
Kini sudah waktunya bangsa Indonesia sadar akan realitas kehidupan sosial politik, hukum dan ekonomi saat ini. Meskipun sedikit agak lambat.
Sudah menjadi kewajiban penguasa dan politisi, jujur dengan rakyatnya.
Penegak hukum jujur dengan ribuan perkara yang ditelantarkannya.
Pemeriksa jujur dengan hasil pemeriksaannya.
Media jujur dengan pemirsa, pendengar dan pembacanya.
Pengusaha jujur dengan modal yang diperolehnya.
Rakyat jujur dengan pilihan nuraninya.
Sudah waktunya penguasa tidak berbagi-bagi kapling jabatan, kecuali untuk kesejahteraan rakyatnya..
Sudah waktunya politisi tidak gemar tukar guling aspirasi dan kursi, apalagi dengan uang dan perkara.
Sudah waktunya penegak hukum tidak tebang pilih, apalagi pilih uang.
Sudah waktunya pemeriksa tidak menjual temuan dengan sekardus uang.
Sudah waktunya media tidak terperangkap oleh kekuasaan dan pragmatisme kehidupan.
Sudah waktunya pengusaha tidak menyuapi penguasa.
Sudah waktunya rakyat tidak membiarkan amplop terus menerus memperkosa kedaulatan, kejujuran, keadilan dan kesejahteraan.
Sudah waktunya, penguasa berhenti dari pencitraan.
Sudah waktunya politisi berhenti berebut kursi dan pundi-pundi.
Sudah waktunya penegak hukum berhenti menggelapkan keadilan.
Sudah waktunya pemeriksa berhenti memanipulasi hasil pemeriksaannya.
Sudah waktunya media berhenti jadi corong penguasa, apalagi corong kantong keluarga.
Sudah waktunya pengusaha berhenti mengemplang pajak dan hutang.
Sudah waktunya rakyat berhenti menerima amplop politik, karena sesungguhnya yang dibutuhkan adalah keadilan dan kesejahteraan.
Sudah waktunya penguasa bergandeng tangan dengan para ulama'nya, bukan untuk meminggirkanya.
Sudah waktunya politisi bergandeng tangan dengan rakyatnya, bukan mengkhianatinya.
Sudah waktunya penegak hukum bergandeng tangan dengan rakyatnya untuk menegakan keadilan, bukan untuk membonsai keadilan.
Sudah waktunya pemeriksa bergandeng tangan rakyatnya untuk menyelamatkan uang negara, bukan berebut bagian.
Sudah waktunya media bergandeng tangan dengan pembaca dan pemirsanya, untuk menyajikan fakta dan kebenaran, bukan untuk menutupi kemungkaran.
Sudah waktunya rakyat bergandeng tangan, bahu membahu untuk mencegah dan memerangi kemungkaran, bukan membiarkan kemungkaran.
Sudah waktunya bangsa Indonesia sadar.
Untuk tidak mengatakan : " aku paling indonesia, aku paling pancasila, aku paling NKRI, aku paling mencintai kebhinekaan, aku paling toleransi, dan kamu radikal, kamu anti pancasila, kamu anti NKRI dan kebhinekaan ".
Pada hal sesungguhnya, merekalah pemecah belah dan musuh bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Aku sudah jenuh menyaksikan kemunafikan
Aku butuh kejujuran, keadilan dan kedamaian
Bukan Pilala Citra dan Adu Domba
Sekarang sudah waktunya...
Jihad melawan kejahatan korupsi.
Jihad melawan kejahatan narkoba dan miras.
Jihad melawan LGBT dan segala bentuk perzinaan.
Jihad melawan mafia hukum dan keadilan.
Jihad melawan retorika dan pencitraan.
Jihad melawan kepura-puraan.
Jihad melawan kebodohan dan kebohongan.
Jihad dan berlomba-lomba memenuhi janji-janji kampanyenya, bukan malahan beramai-ramai membohongi dan mengkhianati janjinya.
Sebelum semuanya terlambat. " NEGARA DALAM KEADAAN DARURAT "
Korupsi, narkoba, miras, mafia tambang, birokrasi, hukum dan keadilan, telah merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan telah mengancam eksistensi negara kesatuan Republik Indonesia.
Selamat berjuang wahai bangsaku, aku mencintaimu, dan aku bersamamu.
(Suparno M. Jamin , Koordinator ITB-Per )
Demi waktu,....
Kini sudah waktunya bangsa Indonesia sadar akan realitas kehidupan sosial politik, hukum dan ekonomi saat ini. Meskipun sedikit agak lambat.
Sudah menjadi kewajiban penguasa dan politisi, jujur dengan rakyatnya.
Penegak hukum jujur dengan ribuan perkara yang ditelantarkannya.
Pemeriksa jujur dengan hasil pemeriksaannya.
Media jujur dengan pemirsa, pendengar dan pembacanya.
Pengusaha jujur dengan modal yang diperolehnya.
Rakyat jujur dengan pilihan nuraninya.
Sudah waktunya penguasa tidak berbagi-bagi kapling jabatan, kecuali untuk kesejahteraan rakyatnya..
Sudah waktunya politisi tidak gemar tukar guling aspirasi dan kursi, apalagi dengan uang dan perkara.
Sudah waktunya penegak hukum tidak tebang pilih, apalagi pilih uang.
Sudah waktunya pemeriksa tidak menjual temuan dengan sekardus uang.
Sudah waktunya media tidak terperangkap oleh kekuasaan dan pragmatisme kehidupan.
Sudah waktunya pengusaha tidak menyuapi penguasa.
Sudah waktunya rakyat tidak membiarkan amplop terus menerus memperkosa kedaulatan, kejujuran, keadilan dan kesejahteraan.
Sudah waktunya, penguasa berhenti dari pencitraan.
Sudah waktunya politisi berhenti berebut kursi dan pundi-pundi.
Sudah waktunya penegak hukum berhenti menggelapkan keadilan.
Sudah waktunya pemeriksa berhenti memanipulasi hasil pemeriksaannya.
Sudah waktunya media berhenti jadi corong penguasa, apalagi corong kantong keluarga.
Sudah waktunya pengusaha berhenti mengemplang pajak dan hutang.
Sudah waktunya rakyat berhenti menerima amplop politik, karena sesungguhnya yang dibutuhkan adalah keadilan dan kesejahteraan.
Sudah waktunya penguasa bergandeng tangan dengan para ulama'nya, bukan untuk meminggirkanya.
Sudah waktunya politisi bergandeng tangan dengan rakyatnya, bukan mengkhianatinya.
Sudah waktunya penegak hukum bergandeng tangan dengan rakyatnya untuk menegakan keadilan, bukan untuk membonsai keadilan.
Sudah waktunya pemeriksa bergandeng tangan rakyatnya untuk menyelamatkan uang negara, bukan berebut bagian.
Sudah waktunya media bergandeng tangan dengan pembaca dan pemirsanya, untuk menyajikan fakta dan kebenaran, bukan untuk menutupi kemungkaran.
Sudah waktunya rakyat bergandeng tangan, bahu membahu untuk mencegah dan memerangi kemungkaran, bukan membiarkan kemungkaran.
Sudah waktunya bangsa Indonesia sadar.
Untuk tidak mengatakan : " aku paling indonesia, aku paling pancasila, aku paling NKRI, aku paling mencintai kebhinekaan, aku paling toleransi, dan kamu radikal, kamu anti pancasila, kamu anti NKRI dan kebhinekaan ".
Pada hal sesungguhnya, merekalah pemecah belah dan musuh bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Aku sudah jenuh menyaksikan kemunafikan
Aku butuh kejujuran, keadilan dan kedamaian
Bukan Pilala Citra dan Adu Domba
Sekarang sudah waktunya...
Jihad melawan kejahatan korupsi.
Jihad melawan kejahatan narkoba dan miras.
Jihad melawan LGBT dan segala bentuk perzinaan.
Jihad melawan mafia hukum dan keadilan.
Jihad melawan retorika dan pencitraan.
Jihad melawan kepura-puraan.
Jihad melawan kebodohan dan kebohongan.
Jihad dan berlomba-lomba memenuhi janji-janji kampanyenya, bukan malahan beramai-ramai membohongi dan mengkhianati janjinya.
Sebelum semuanya terlambat. " NEGARA DALAM KEADAAN DARURAT "
Korupsi, narkoba, miras, mafia tambang, birokrasi, hukum dan keadilan, telah merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan telah mengancam eksistensi negara kesatuan Republik Indonesia.
Selamat berjuang wahai bangsaku, aku mencintaimu, dan aku bersamamu.
(Suparno M. Jamin , Koordinator ITB-Per )
Negara Dalam Darurat, Sajak kebangsaan oleh Suparno M. Jamin
Reviewed by pdpm
on
Agustus 12, 2018
Rating:
Tidak ada komentar