COVID -19: Sebagai Momentum Refleksi dan Peneguhan Jihad Ekologi Muhammadiyah
DWI BAGUS IRAWAN (PK IMM FAI UMY, Kader Muhammadiyah Ponorogo) |
Apakah kamu tidak tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Al-Haj : 63
Islam hadir sebagai rahmat bagi semesta alam, bukan sebatas untuk umat islam, atau berhenti pada umat Manusia semata, namun Islam mengajarkan kepada seluruh Umatnya bahwa kehadiran islam adalah Rahmat bagi seluruh Alam raya, termasuk didalamnya tumbuhan, Hewan, dan berbagai aspek ekosistem. kerahmatan islam yang bersifat Universal dan menyeluruh telah banyak disampaikan oleh Al-quran sebagai wahyu utama petunjuk dan pegangan umat islam, tinggal kita selaku umat untuk mampu menterjemahkan wahyu tersebut dalam bentuk praktis agenda aksi.
Menurut David Efendi islam memiliki landasan filsafat yang digali dari ajaran islam untuk membangun pemahaman etis, epistimologi, ontologi, terkait posisi manusia dihadapan Tuhan dan dihadapan alam semesta yang harus dijaga sebagai menifestasi keimanan (David,2019.107). Maka sikap seorang muslim yang terwujud dalam penjagaan alam dan merawat lingkungan merupakan salah satu wujud interpretasi keimanan, termasuk kondisi yang saat ini terjadi dengan kondisi dunia, berbagai maslaah lingkungan yang timbul dari ulah umat Manusia, sehingga setiap Musim juga harus ikut bertanggung jawab atas kondisi tersebut sebagai wujud pertanggungjawaban kita sebagai wakil Allah dimuka Bumi atau sering disebut Khalifatullah.
Buya syafii Ma’arif dalam pengantar buku Syarifudin Zuhri yang berjudul Dinamika Politik Muhamamadiyah, memberikan pernyataan bahwa Islam yang tidak mampu terlibat dalam penyelesaian urusan-urusan Kemanusiaan dan Lingkungan adalah bukan islam yang sebenar-benrnya (David,2019.108). dari kata yang beliau sampaikan kita kemudian memahami bahwa islam tak sebatas pada hablum Minallah, maupun hablum minannas namun ada aspek lingkungan, alam dan itu merupakan salah satu hal yang akan kita pertanggungjawabkan kelak ketika kita dimintai pertanggungjawabkan kelak.
Buya syafii Ma’arif dalam pengantar buku Syarifudin Zuhri yang berjudul Dinamika Politik Muhamamadiyah, memberikan pernyataan bahwa Islam yang tidak mampu terlibat dalam penyelesaian urusan-urusan Kemanusiaan dan Lingkungan adalah bukan islam yang sebenar-benrnya (David,2019.108). dari kata yang beliau sampaikan kita kemudian memahami bahwa islam tak sebatas pada hablum Minallah, maupun hablum minannas namun ada aspek lingkungan, alam dan itu merupakan salah satu hal yang akan kita pertanggungjawabkan kelak ketika kita dimintai pertanggungjawabkan kelak.
COVID-19 Dan dan Tumbuhnya Kesadaran Lingkungan.
Pada akir tahun 2019 kita semua dikejutkan dengan munculnya sebuah virus baru di China, tepatnya di kota Wuhan, virus yang awalnya hanya sebatas pandemik lokal yang terjadi di China, kemudian berubah menjadi luas dan kini menyebar ke berbagi penjuru Dunia. suatu keadaan yang sama sekali belum diprediksikan oleh beberapa negara, termasuk negara Indonesia. Dalan bingkai momentum sejarah keadaan yang demikian bukan pertama kali terjadi. Dalam rentan panjang sejarah peradaban umat manusia, pada kisaran tahun 1800an umat manusia pada masa itu juga mengalami pandemi Global yang berskala besar, dimana tercatat angka kematian mencapai lima puluh juta umat Manusia, di Indonesia tercatat ada hampir dua juta yang meninggal, Padahal pada masa itu populasi umat manusia belum sepadat sekarang.
Dengan nyata alam telah membuktikan bagaimana ketika keseimbanganya direngggut oleh Umat manusia ia akan berupaya dengan cranya sendiri untuk mengembalikan keseimbangan serta ke asrian alam itu sendiri. Pasca datangnya virus COVID-19 telah menimbulkan berbagai fenomena alam baru yang akir-akir ini sering muncul, mulai dari langit yang nampak cerah, kemudian gunung yang biasanya tidak nampak sekarang menjadi nampak serta fenomena alam yang lainya, seolah ingin menunjukan kepada kita bahwa saat ini bahwa berkat adanya COVID-19 sang Alam menyembuhkan diri dari berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh manusia. Sehingga kemudian muncul ungkapan bahwa mungkin selama ini kita adalah Virus Bagi semesta dan Corona adalah obat yang hadir untuk memulihkan keadaan dunia. kita sekarang menyadari bahwa kehadiran Manusia dengan berbagai kegiatan pembangunan telah menimbulkan kerusakan lingkungan dan perubahan pada iklim alam ini.
Selaras dengan kondisi merebaknya COVID-19 umat manusia kemudian mulai sadar dengan pentingnya merawat alam, menjaga kebersihan, dan berbgai upaya menyelamatkan lingkungan, tentu kondisi ini adalah kabar yang baik untuk tumbuhnya kesadaran yang mengakar tentang pentingnya merawat alam. Namun disatu sisi juga menjadi bahan renungan bersama, bahwa baru ketika alam memberikan teguran langsung, kita baru sadar bahwa kita punya tanggung jawab pada semesta dalam kehidupan ini.
Isu agenda dakwah lingkungan bukan lagi isu baru dikalangan Muhamamdiyah, bahkah secara nyata pada tahun 2003 dibentuk Lembaga Studi dan Pemberdayaan Lingkungan Hidup, kemudian melalui Muktamar Muhammadiyah 2010 di Malang Muhammadiyah telah melahirkan Lembaga Dan Lingkungan Hidup (Masmulyadi, 2019.116) dan pada Muktamar 2015 di Makasar berubah menjadi Majelis Linggkungan Hidup, dari majelis ini kemudian melahirkan Teologi Lingkungan yang isinya membahas secara paradigamtik tentang upaya penyelamatan lingkungan yang tetap bersandar pada nilai islam dan transendensi ketuhanan, sebuah langkah nyata dalam bentuk upaya pengejawantahan perintah Allah SWT untuk menjaga Bumi beserta isinya.
Ditambah dengan kondisi yang sedemikian dan fenomena alam yang semakin menunjukan bahwa umat manusia adalah faktor utama kerusakan Aalam, sduah waktunya seruan dakwah lingkungan untuk lebih didengungkan dan dimasifkan pada tataran akar rumput. Hal ini sebagai wujud upaya bkolektif untuk bersama melakukan penyadaran umat terkhusus warga Muhamamdiyah agar terus peduli pada kondisi sekitar dan turut andil dalam menjaga serta melestarikan alam raya, dengan tendensi pada ajaran islam yan telah kita amini bersabma sebagai agama yang merahmati seluruh alam, sudah selayaknya kita sebagai umat Islam untuk lebih peduli pada lingkungan dan alam semesta, hal ini merupakan bentuk tanggung jawab kita kepada Allah SWT atas amanah sebagai wakil Allah SWT dimuka bumi ini (Q.S. Al-Baqarah: 30).
Ditambah dengan kondisi yang sedemikian dan fenomena alam yang semakin menunjukan bahwa umat manusia adalah faktor utama kerusakan Aalam, sduah waktunya seruan dakwah lingkungan untuk lebih didengungkan dan dimasifkan pada tataran akar rumput. Hal ini sebagai wujud upaya bkolektif untuk bersama melakukan penyadaran umat terkhusus warga Muhamamdiyah agar terus peduli pada kondisi sekitar dan turut andil dalam menjaga serta melestarikan alam raya, dengan tendensi pada ajaran islam yan telah kita amini bersabma sebagai agama yang merahmati seluruh alam, sudah selayaknya kita sebagai umat Islam untuk lebih peduli pada lingkungan dan alam semesta, hal ini merupakan bentuk tanggung jawab kita kepada Allah SWT atas amanah sebagai wakil Allah SWT dimuka bumi ini (Q.S. Al-Baqarah: 30).
Masifikasi Jihad Ekologi Melalui Dakwah Lingkungan
Gerakan Jihad Ekologi yang beberapa lalu digagas dan dideklarasikan telah berbuah nyata dalam bentuk gerakan, mulai dari Advkasi lingkungan, kajian ekologi, hingga bebrbagai agenda aksi yang telah dilakukan oleh para kader Muhammadiyah di segala lini untuk melakukan gerakan penyelamatan lingkungan, tentu hal ini adalah sebuah keadaan yang membanggakan bagi persyarikatan Muhammadiyah, disamping secara formal melalui Majelis Lingkungan Hidup, para kader Muhammadiyah yang secara serius pada isu ekologi dan lingkungan dengan nyata membentuk komunitas Kader Hijau Muhammadiyah, suatu progresifitas nyata yang dilakukan oleh kader-kader Muhammadiyah muda untuk melakukan agenda aksi terhadap kepedulian lingkungan dan kelestarian alam.
Agenda jihad ekologi hari ini telah menampakan hasil di permukaan, namun belum masif pada tataran Cabang dan Ranting Muhammadiyah, diperlukan sebuah kerjasama antar majelis dan lembaga yang berada dalam internal Persyarikatan agar agenda ini dapat secara sistematis masif pada kalangan akar rumput. Namun terlebih dahulu kita harus memahami bahwa muhammadiyah adalah gerakan dakwah islam, sehingga semua aspek kegiatan selalu berorientasi pada dakwah, dapat dikatakan bahwa agenda atau kegiatan paling masif dikalangan warga Muhammadiyah adalah kegiatan dakwah, entah dengan pengajian akbar, pengajian khusus, atau berbagai aktifitas tabligh lainya, agenda dakwah menjadi kegiatan yang paling banyak diminati oleh warga Muhammadiyah di tataran cabang ranting, menurut hemat penulis agenda besar Jihad Ekologi dapat secara masif mengakar pada cabang dan ranting adalah dengan masuk kedalam Dakwah atau aktifitas Tabligh di kalangan bawah.
Dalam ilmu dakwah terdapat dua aspek yang saling terhubung, yaitu Da’i dan Mad’u, dai sebagai subyek dakwah sedangkan Mad’u sebagai obyek dakwah, dalam hal ini dapat dipahami subyek yang memprngaruhi obyek, sehingga dalam memasifkan agenda dakwah lingkungan sekiranya dapat dilakukan kerjasama lintas majelis, terutama MLH dengn MajelisTabligh, dimulai dengan perancangan bersama materi dakwah yangdimasukan unsur lingkungan yang kemudian dapat diterjemahkan dan disampaikan melalui agenda pelatihan Dai, hal ini bertujuan agar dakwah lingkunagn dapat berjalan sampai pada warga Muhammadiyah dikalangan bawah, dengan asumsi ketika para Dai Muhammadiyah memiliki pemahaman dan kesadaran akan dakwah lingkungan, sehingga para Dai dapat menyebarkan pemahaman tersebut kepada para umat yang menjadi obyek dakwahnya. Dengan melalui kegiatan tabligh dikalangan bawah dan kerjasama antar Majelis dan lembaga secara tersitematis, diharapkan mampu untuk memasifkan gerakan dan agenda besar Jihad Ekologi Muhammadiyah.
Refleksi
Kondisi hari ini adalah suatu momentum sejarah bagi peradaban umat manusia, dimana secara bersama-sama hampir sebagian besar penduduk bumi menghadapi virus Corona, sejarah telah mencatat dan akan menjadi cerita bagi generasi mendatang. namun kondisi ini selain harus dihadapi dan diselesaikan namun juga menjadi bahan renungan bersama bahwa alam memang seharusnya kita jaga, dan Allah SWT akan selalu mengingtakan manusia yang telah lalai mengemban tugas sebagai Khalifatullah atau wakil Allah SWT didunia ini dengan jalan yang sama sekali tidak pernah diduga oleh manusia itu sendiri. Mari kita mulai dari diri kita untuk tidak membuang sampang sembarangan, tidak merusak tanaman, dan berbagai hal kecil lainya yang dapat menjaga Bumi dari kerusakan. Dan secara kolektif melalui Persyarikatan Muhammadiyah untuk terus melakukan dan mensukseskan gerakan Jihad ekologi dan agenda besar penyelamatan ingkungan. Hal ini sebagai wujud pertanggungjawaban atas amanah yang telah kita emban dimuka bumi. Wallahu ‘alam bi ashowab.
[red-pemudamu.com]
[red-pemudamu.com]
COVID -19: Sebagai Momentum Refleksi dan Peneguhan Jihad Ekologi Muhammadiyah
Reviewed by pdpm
on
April 16, 2020
Rating:
Tidak ada komentar