COVID-19; TENDENSI KETUHANAN MUARA AKHIR PENGHARAPAN MANUSIA

Muhammad Tegar Khusyairi Hansyah
Saat ini dunia dikejutkan dengan mewabahnya suatu penyakit yang disebabkan oleh sebuah virus yang bernama corona dikenal dengan istilah COVID-19 (Corona virus Diseases 2019). Virus ini disinyalir mulai mewabah 31 Desember 2019 di kota Wuhan Provinsi Hubei Tiongkok, saat ini menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia dengan cepat termasuk Indonesia, sehingga WHO tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global. Sejak Joko Widodo mengumumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia, Joko Widodo menghimbau kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas diluar rumah demi menekan menyebaran Virus Corona COVID-19 di Indonesia ”saatnya kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah dari rumah”. 

Pemerintah meminta masyarakat Indonesia untuk melakukan social dictancing untuk mencegah penyebaran Virus Corona. Upaya untuk mencegah, menahan, atau memperlambat penularan virus corona yaitu dengan social dictancing. Sejak diperlakukannya itu semua memberikan imbas yang besar terhadap pendidikan, kehidupan sosial, kehidupan beragama, dan masih banyak lagi bidang lainnya.

Manusia dihadapkan dengan situasi yang begitu rumit dan penuh kegaduhan di tengah wabah Covid-19 saat ini. Kurangnya edukasi dan pengharapan kepada tuhan yang maha esa membuat mereka selalu dihadapakan rasa cemas, bingung, gundah dan sebagainya, halnya dengan tuhan muara terakhir pengharapan manusia. 

Kondisi saat ini yang penuh hiruk pikuk imbas pademi Covid-19 yang semuanya manusia alami. Manusia harus lebih sadar dan penuh harap kepada tuhan dengan kondisi saat ini, kurangnya kesadaran dan kurangnya harap ketuhan yang membuat renggang hubungan antara manusia dan penciptanya.

Dalam sebuah dialognya, Nabi Musa a.s. pernah bertanya kepada Allah, "Apakah Engkau jauh sehingga aku perlu memanggil-Mu keras-keras, atau Engkau dekat sehingga aku cukup berbisik kepada-Mu?" Jawab-Nya, "Kalau Kukatakan jauh, kamu tak dapat mencapainya, dan kalau Kukatakan dekat, kau pun tak bakal mampu menempuhnya." Pernyataan Tuhan, bermakna bahwa Tuhan pada hakikatnya amat dekat  terhadap hamba-Nya. Bahkan menurut Al-Quran (QS. Qaaf:16) yang artinya Tuhan justru lebih dekat kepada manusia ketimbang urat nadinya. Namun, kedekatan-Nya tidaklah bersifat fisik  melainkan bersifat rohani dan spiritual.

Ia mendekati hamba-Nya melalui petunjuk dan limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga banyaknya. Inilah makna kedekatan Allah kepada manusia. Lalu, bagaimana dengan kedekatan manusia kepada-Nya? kita dapat mendekati-Nya secara rohani pula, yaitu menghiasi diri sebanyak mungkin dengan "sifat-sifat" Allah, seperti sifat bijak-bestari (hikmah), sifat ilmu, sifat penyantun, dan kasih sayang. Ini semua dapat terjadi meski disadari bahwa manusia tidak mungkin menjadi Tuhan, bila kita mampu menghilangkan berbagai kotaran dosa dan bencana tanpa restunya.

Disinilah tuhan sebagai muara akhir dari pengharapan manusia, untuk terus mendekatkan dan selalu ingat kepada. Apapun yang terjadi semuanya sudah tuhan yang merencanakan dan mengatur, Tinggal bagaimana kita memaknai kondisi pandemi Covid-19 saat ini.

Penulis :
Muhammad Tegar Khusyairi Hansyah
(Ketua PD IPM Ponrogo)
u/red.Pemudamu.com
COVID-19; TENDENSI KETUHANAN MUARA AKHIR PENGHARAPAN MANUSIA COVID-19; TENDENSI KETUHANAN MUARA AKHIR PENGHARAPAN MANUSIA Reviewed by pdpm on April 17, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar

Post Ads

Klik Link ini Untuk mengikuti Polling II pemilihan 13 Formatur Musyda XVI : https://s.surveyplanet.com/_hThfiuv2