Pesan Kesan Wakil Wisudawan ke-43 UMPO
Dalam prosesi Wisuda ke-43 Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Septian Adi Nugroho, S.Ikom menyampaikan Pesan Kesan mewakili Wisudawan. Isi lengkap Pesan Kesan tersebut adalah sebagai berikut :
Assalamu’alaikum wr wb
Berdiri diatas mimbar yang sama dengan Pimpinan universitas kita, mungkin semua dari kita, para wisudawan pernah sekilas berangan untuk berdiri di posisi ini, termasuk saya beberapa waktu silam. Yang beberapa kali diberi kesempatan mengikuti wisuda sebagai pembawa acara, sembari berangan – angan dan saat ini menjadi kenyataan. Maka berhati – hatilah dengan apa yang akan kita angankan.
Mungkin sebagian kita akan mengatakan bohong, jika kita menyampaikan waktu 4 tahun atau 8 semester (mungkin lebih) itu adalah waktu yang singkat. Dan pasti akan banyak yang setuju, ketika kita mendengar 4 jam prosesi wisuda itu begitu lama. Karena seperti inilah perjalanan kita di dunia perkuliahan. Harusnya,“Waktu akan terasa terlalu cepat ketika kita terburu – buru. Dan waktu akan terasa begitu lama ketika kita mulai menunggu”. Namun selama perkuliahan, ketika kita buru – buru berharap segera lulus, waktu terasa lama, dan ketika kita menunggu lulus waktu juga tetap terasa lama. Mungkin bukan waktu yang menjadikan sarjana menjadi lebih pintar, namun ketahanannya dalam belajar. Seperti Imam Syafi’i yang berpesan, “Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan perihnya kebodohan”. Muhasabah untuk kita, para sarjana agar tidak selalu berpacu dengan waktu untuk menyandang sebuah gelar atau title pintar tanpa melewati proses lelahnya belajar.
Didalam proses belajar alhamdulillah, bapak ibu dosen pengajar perkuliahan tidak bosan menguatkan kita untuk terus bertahan dengan segala upayanya. Memberi tugas pekanan yang membuat kita tidak dapat berlarut dalam waktu luang. Tegas dalam memberikan penilaian, agar kita sadar setiap kita adalah manusia yang tidak bisa sempurna disemua mata perkuliahan, tidak bisa sempurna disemua bidang, bahkan dibidang yang kita inginkan dan kita senangi beberapa orang menilai kita belum nampak benar – benar menguasai. Kemudian membiasakan presentasi didepan kelas agar kita terbiasa berpendapat yang bertanggungjawab dihadapan umum kelak, bukan jadi ahli penggunjing dibelakang yang lempar batu sembunyi tangan, pengadu domba ataupun pencari kambing hitam dari pernyataan yang kita sampaikan, menghindar dari permasalahan dan lari dari kenyataan, bukan itu yang diharapkan. Namun kita, sebagian wisudawan kurang memahami apa maksud bapak ibu dosen melakukan demikian. Maka dari itu, kami mohon maaf atas segala prasangka kurang baik dikepala kami. Dan terimakasih yang tulus kami sampaikan, karena mungkin baru kemarin, hari ini, ataupun detik ini kami baru sadar bahwa setiap kegiatan akademis diperkuliahan yang kami lewati adalah proses untuk membuat kami menjadi pribadi lebih cerdas, dewasa dan bijak menghadapi kehidupan. Agar akal kami tidak mati dan kecerdasan ini dapat membimbing kami semakin dekat dengan Sang ILLAHI.
Kemudian, ucapan terimakasih kami sampaikan mulai kepada Pimpinan universitas, BPH dan pendiri Universitas hingga terimakasih kami kepada para karyawan dilingkup Universitas yang mungkin masih banyak yang belum kita kenal selama menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Ponorogo ini. Semoga amal lisan hingga perbuatan bapak – ibu semua dibalaskan oleh Allah SWT dengan diberi kesehatan, umur yang bermanfaat, keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, anak yang sholeh – sholehah, syukur juga bisa berjama’ah hijrah ke Mekkah dan dipermudah menuju jannah, Aamiin. Seperti pesan Pendiri Muhammadiyah Bp. KH Ahmad Dahlan, “Hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Itulah tujuan dari setiap kader Muhammadiyah. “Sungguh berat jadi Kader Muhammadiyah, Bila ragu dan bimbang lebih baik pulang”, tegas Jendral Soedirman. Namun dibalik tujuan hidup para kader di Muhammadiyah, kita juga harus harus sadar bahwa Muhammadiyah adalah salah satu kendaraan untuk menikmati perjalan dakwah menuju jannah. “Memiliki tujuan hidup itu perlu, namun bukan menjadikan hidup ini sebagai tujuan. Karena hidup hanyalah sebatas perjalanan”. (Septian Adi Nugroho). Semoga kedepan universitas Muhammadiyah Ponorogo terus berhijrah menuju yang lebih baik dan lebih baik lagi, hingga hanya kebaikan – kebaikanlah yang dapat kita jumpai disini. Aamiin aamiin ya rabbal alamin.
Terakhir, ucapan terimakasih yang terdalam kita sampaikan kepada malaikat tanpa sayap kami, Ayah dan ibu, atau suami/istri bagi yang sudah memiliki. Yang mungkin ucapan ini jarang sekali kita berikan, atau bahkan baru pertama kali ini kita sampaikan. Entah saat ini mereka hadir disini, atau ditempat yang jauh diluar sana, atau bahkan mereka sudah bersama Allah SWT ditempat paling indahNya. Sampaikan saja terimakasih kita dimanapun mereka. Karena mereka selalu bersama kita dan mengiringi setiap langkah kita. Ingatkah ketika mereka bekerja tak kenal lelah, do’a tersembunyi yang selalu mereka panjatkan agar kelak kita menjadi orang yang berguna bagi bangsa, negara dan agama disetiap malam mereka lantunkan. Dan masih banyak lagi perjuangan dan pengorbanan mereka yang sampai saat ini tidak kita ketahui. Berkat orang tua kitalah, kita bisa seperti ini. (mungkin kita bisa melihat mereka yang duduk dibelakang sana, berikan senyum termanis kita, yg sedang tampil rupawan meneganakan toga. Untuk ucapan kepada ayah dan ibu, bisa kita sampaikan sendiri sesuai apa yang kita rasakan saat ini.
Kawan – kawan seperjuangan, terkadang kita rindu masa kecil, bukan? Lihatlah masa kecil kita, kita melihat apapun yang anak – anak lakukan layaknya sebuah permainan menyenangkan. Dilakukan tanpa beban, tuntutan ataupun paksaan. Walau tidak ada yang mewajibkan namun seakan semua sudah menjadi kebutuhan. Tak pernah berpikir apa yang akan kita dapatkan. Karena masa itu tidak mengenal kepentingan – kepentingan. Asalkan dapat menikmatinya, kita akan terus mengulanginya tanpa mengenal lelah. Sekalipun nampak lelah, namun kita tidak pernah merasa bosan. Walau harus memulai dari awal permainan setiap kita jatuh dari berbagai kegagalan. Masa – masa yang indah, kan? Hanya ada semangat dan rasa pantang menyerah. Kita lihat diri kita saat ini, kita sudah tumbuh dewasa. Semoga semangat dan rasa pantang menyerah itu masih tetap ada.
Dan jangan pernah lupakan kampung kelahiran kita, karena dimana kita dilahirkan disitulah orang tua kita melihat indahnya masa depan. Tetap ingatlah kawan, dimana kita lahir dan dibesarkan, maka ketika kita sudah tumbuh besar, tugas kitalah untuk kembali pulang dan membesarkan tanah kelahiran.
Mengingat pekan depan adalah hari besar, 28 Oktober. Maka untuk menutup kesan diatas, saya mohon ijin menyampaikan sebuah pesan untuk PEMUDA, dengan judul :
“UNTUK SARJANA MUDA – HARAPAN BANGSA”
Oleh : Septian Adi Nugroho
Permasalahan pemuda adalah hal nyata, Namun sebagian kita tak menganggapnya ada.
Permasalahan pemuda selalu hadir disekitar kita, Namun sebagian kita acuh dan tak menganggapnya ada.
Permasalahan pemuda terus berkembang dan meningkat berbagai macamnya, namun sebagian kita hanya bisa diam dan menggelengkan kepala.
Mungkin bukan karena tidak peka, namun karena merasa terlalu sibuk dengan tanggungjawab pribadinya.
Pemuda, jika kaum tua sudah tidak lagi berperan bagi bangsa, mulai enggan terbuka, mulai enggan bersuara.
Bukan karena mereka tidak mampu atau tidak bisa, namun karena fisik, usia dan tenaga yang sudah tidak lagi setimpa dengan apa yang diperjuangkannya.
Memang benar, jika kita melihat semangat juang sebagian kaum tua, sungguh tiada tara
Namun apa daya, apa pemuda akan terus membiarkannya?
Saat inilah pemuda harus pandai – pandai berbagi, bukan sekedar terus menerus sibuk mengasah diri.
Pemuda harus cerdas membangun lingkungannya, bukan sekedar bekerja memenuhi kebutuhan perutnya.
Dan pemuda seperti kita, para sarjana harus bisa lebih dari ini.
Jika sarjana memiliki rasa peduli, maka tidak cukup dengan lihai mengkritisi sana sini,
tetapi juga harus bersedia dan persiapkan diri untuk memberi solusi.
Namun tetap sadarlah sarjana, solusi hanyalah sebuah opini jika tanpa implementasi, realisasi. Dan implementasi yang paling nyata hanyalah kita berkontribusi.
Apapun gelar studimu, ambil peran dan ambil bagian dalam perubahan dan pembangunan yang berkemajuan.
Karena kita para sarjana, Saat ini Pemuda, hari Esok Kita Memimpin Bangsa.
Salam Pribumi siap Memimpin Tanah Pertiwi.
Ponorogo, 20 Mei 2017 M
Wassalamu’alaikum wr wb.
Septian Adi Nugroho, S.Ikom ( kanan ) |
Berdiri diatas mimbar yang sama dengan Pimpinan universitas kita, mungkin semua dari kita, para wisudawan pernah sekilas berangan untuk berdiri di posisi ini, termasuk saya beberapa waktu silam. Yang beberapa kali diberi kesempatan mengikuti wisuda sebagai pembawa acara, sembari berangan – angan dan saat ini menjadi kenyataan. Maka berhati – hatilah dengan apa yang akan kita angankan.
Mungkin sebagian kita akan mengatakan bohong, jika kita menyampaikan waktu 4 tahun atau 8 semester (mungkin lebih) itu adalah waktu yang singkat. Dan pasti akan banyak yang setuju, ketika kita mendengar 4 jam prosesi wisuda itu begitu lama. Karena seperti inilah perjalanan kita di dunia perkuliahan. Harusnya,“Waktu akan terasa terlalu cepat ketika kita terburu – buru. Dan waktu akan terasa begitu lama ketika kita mulai menunggu”. Namun selama perkuliahan, ketika kita buru – buru berharap segera lulus, waktu terasa lama, dan ketika kita menunggu lulus waktu juga tetap terasa lama. Mungkin bukan waktu yang menjadikan sarjana menjadi lebih pintar, namun ketahanannya dalam belajar. Seperti Imam Syafi’i yang berpesan, “Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan perihnya kebodohan”. Muhasabah untuk kita, para sarjana agar tidak selalu berpacu dengan waktu untuk menyandang sebuah gelar atau title pintar tanpa melewati proses lelahnya belajar.
Didalam proses belajar alhamdulillah, bapak ibu dosen pengajar perkuliahan tidak bosan menguatkan kita untuk terus bertahan dengan segala upayanya. Memberi tugas pekanan yang membuat kita tidak dapat berlarut dalam waktu luang. Tegas dalam memberikan penilaian, agar kita sadar setiap kita adalah manusia yang tidak bisa sempurna disemua mata perkuliahan, tidak bisa sempurna disemua bidang, bahkan dibidang yang kita inginkan dan kita senangi beberapa orang menilai kita belum nampak benar – benar menguasai. Kemudian membiasakan presentasi didepan kelas agar kita terbiasa berpendapat yang bertanggungjawab dihadapan umum kelak, bukan jadi ahli penggunjing dibelakang yang lempar batu sembunyi tangan, pengadu domba ataupun pencari kambing hitam dari pernyataan yang kita sampaikan, menghindar dari permasalahan dan lari dari kenyataan, bukan itu yang diharapkan. Namun kita, sebagian wisudawan kurang memahami apa maksud bapak ibu dosen melakukan demikian. Maka dari itu, kami mohon maaf atas segala prasangka kurang baik dikepala kami. Dan terimakasih yang tulus kami sampaikan, karena mungkin baru kemarin, hari ini, ataupun detik ini kami baru sadar bahwa setiap kegiatan akademis diperkuliahan yang kami lewati adalah proses untuk membuat kami menjadi pribadi lebih cerdas, dewasa dan bijak menghadapi kehidupan. Agar akal kami tidak mati dan kecerdasan ini dapat membimbing kami semakin dekat dengan Sang ILLAHI.
Kemudian, ucapan terimakasih kami sampaikan mulai kepada Pimpinan universitas, BPH dan pendiri Universitas hingga terimakasih kami kepada para karyawan dilingkup Universitas yang mungkin masih banyak yang belum kita kenal selama menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Ponorogo ini. Semoga amal lisan hingga perbuatan bapak – ibu semua dibalaskan oleh Allah SWT dengan diberi kesehatan, umur yang bermanfaat, keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, anak yang sholeh – sholehah, syukur juga bisa berjama’ah hijrah ke Mekkah dan dipermudah menuju jannah, Aamiin. Seperti pesan Pendiri Muhammadiyah Bp. KH Ahmad Dahlan, “Hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Itulah tujuan dari setiap kader Muhammadiyah. “Sungguh berat jadi Kader Muhammadiyah, Bila ragu dan bimbang lebih baik pulang”, tegas Jendral Soedirman. Namun dibalik tujuan hidup para kader di Muhammadiyah, kita juga harus harus sadar bahwa Muhammadiyah adalah salah satu kendaraan untuk menikmati perjalan dakwah menuju jannah. “Memiliki tujuan hidup itu perlu, namun bukan menjadikan hidup ini sebagai tujuan. Karena hidup hanyalah sebatas perjalanan”. (Septian Adi Nugroho). Semoga kedepan universitas Muhammadiyah Ponorogo terus berhijrah menuju yang lebih baik dan lebih baik lagi, hingga hanya kebaikan – kebaikanlah yang dapat kita jumpai disini. Aamiin aamiin ya rabbal alamin.
Terakhir, ucapan terimakasih yang terdalam kita sampaikan kepada malaikat tanpa sayap kami, Ayah dan ibu, atau suami/istri bagi yang sudah memiliki. Yang mungkin ucapan ini jarang sekali kita berikan, atau bahkan baru pertama kali ini kita sampaikan. Entah saat ini mereka hadir disini, atau ditempat yang jauh diluar sana, atau bahkan mereka sudah bersama Allah SWT ditempat paling indahNya. Sampaikan saja terimakasih kita dimanapun mereka. Karena mereka selalu bersama kita dan mengiringi setiap langkah kita. Ingatkah ketika mereka bekerja tak kenal lelah, do’a tersembunyi yang selalu mereka panjatkan agar kelak kita menjadi orang yang berguna bagi bangsa, negara dan agama disetiap malam mereka lantunkan. Dan masih banyak lagi perjuangan dan pengorbanan mereka yang sampai saat ini tidak kita ketahui. Berkat orang tua kitalah, kita bisa seperti ini. (mungkin kita bisa melihat mereka yang duduk dibelakang sana, berikan senyum termanis kita, yg sedang tampil rupawan meneganakan toga. Untuk ucapan kepada ayah dan ibu, bisa kita sampaikan sendiri sesuai apa yang kita rasakan saat ini.
Kawan – kawan seperjuangan, terkadang kita rindu masa kecil, bukan? Lihatlah masa kecil kita, kita melihat apapun yang anak – anak lakukan layaknya sebuah permainan menyenangkan. Dilakukan tanpa beban, tuntutan ataupun paksaan. Walau tidak ada yang mewajibkan namun seakan semua sudah menjadi kebutuhan. Tak pernah berpikir apa yang akan kita dapatkan. Karena masa itu tidak mengenal kepentingan – kepentingan. Asalkan dapat menikmatinya, kita akan terus mengulanginya tanpa mengenal lelah. Sekalipun nampak lelah, namun kita tidak pernah merasa bosan. Walau harus memulai dari awal permainan setiap kita jatuh dari berbagai kegagalan. Masa – masa yang indah, kan? Hanya ada semangat dan rasa pantang menyerah. Kita lihat diri kita saat ini, kita sudah tumbuh dewasa. Semoga semangat dan rasa pantang menyerah itu masih tetap ada.
Dan jangan pernah lupakan kampung kelahiran kita, karena dimana kita dilahirkan disitulah orang tua kita melihat indahnya masa depan. Tetap ingatlah kawan, dimana kita lahir dan dibesarkan, maka ketika kita sudah tumbuh besar, tugas kitalah untuk kembali pulang dan membesarkan tanah kelahiran.
Mengingat pekan depan adalah hari besar, 28 Oktober. Maka untuk menutup kesan diatas, saya mohon ijin menyampaikan sebuah pesan untuk PEMUDA, dengan judul :
“UNTUK SARJANA MUDA – HARAPAN BANGSA”
Oleh : Septian Adi Nugroho
Permasalahan pemuda adalah hal nyata, Namun sebagian kita tak menganggapnya ada.
Permasalahan pemuda selalu hadir disekitar kita, Namun sebagian kita acuh dan tak menganggapnya ada.
Permasalahan pemuda terus berkembang dan meningkat berbagai macamnya, namun sebagian kita hanya bisa diam dan menggelengkan kepala.
Mungkin bukan karena tidak peka, namun karena merasa terlalu sibuk dengan tanggungjawab pribadinya.
Pemuda, jika kaum tua sudah tidak lagi berperan bagi bangsa, mulai enggan terbuka, mulai enggan bersuara.
Bukan karena mereka tidak mampu atau tidak bisa, namun karena fisik, usia dan tenaga yang sudah tidak lagi setimpa dengan apa yang diperjuangkannya.
Memang benar, jika kita melihat semangat juang sebagian kaum tua, sungguh tiada tara
Namun apa daya, apa pemuda akan terus membiarkannya?
Saat inilah pemuda harus pandai – pandai berbagi, bukan sekedar terus menerus sibuk mengasah diri.
Pemuda harus cerdas membangun lingkungannya, bukan sekedar bekerja memenuhi kebutuhan perutnya.
Dan pemuda seperti kita, para sarjana harus bisa lebih dari ini.
Jika sarjana memiliki rasa peduli, maka tidak cukup dengan lihai mengkritisi sana sini,
tetapi juga harus bersedia dan persiapkan diri untuk memberi solusi.
Namun tetap sadarlah sarjana, solusi hanyalah sebuah opini jika tanpa implementasi, realisasi. Dan implementasi yang paling nyata hanyalah kita berkontribusi.
Apapun gelar studimu, ambil peran dan ambil bagian dalam perubahan dan pembangunan yang berkemajuan.
Karena kita para sarjana, Saat ini Pemuda, hari Esok Kita Memimpin Bangsa.
Salam Pribumi siap Memimpin Tanah Pertiwi.
Ponorogo, 20 Mei 2017 M
Wassalamu’alaikum wr wb.
Pesan Kesan Wakil Wisudawan ke-43 UMPO
Reviewed by pdpm
on
Oktober 22, 2017
Rating:
Tidak ada komentar