Ponorogo Diprogram Bebas Penyakit TB Tahun 2035
Bertempat di RM Echo Kitchen, Batoro Katong, pada hari Rabu, tanggal 21 Juni 2017, sekitar 20 orang yang terdiri organisasi non pemerintah dibawah koordinasi Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Ponorogo menyelenggarakan Rapat Koordinasi Jaringan Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis. Acara tersebut merupakan program kerja dari Sub-Sub Recipient (SSR) Majelis Kesehatan ‘Aisyiyah Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (MKS PDA) Ponorogo.
Meskipun acara rapat dilaksanakan siang hari pada bulan ramadhan dan di rumah makan, acara tetap berjalan dengan santai dan menghasilkan beberapa keputusan penting untuk penanggulangan penyakit Tuberkulosis di Ponorogo.
Menurut ketua PDA Ponorogo, Ibu Sulistyorini, SH., “bahwa acara ini dilaksanakan dalam rangka memperkuat jaringan serta untuk terbangunnya komitmen kerjasama antara organisasi organisasi NGO yang peduli penanggulangan penyakit TB.” Lebih lanjut, menurut bu Lis biasa dipanggil, “bahwa program besar bersama adalah Ponorogo Harus Bebas penyakit TB pada tahun 2035, sehingga kerja besar yang dimulai 2 (dua) tahun lalu akan kita rasakan dalam jangka panjang”.
Sementara menurut ibu Suhartini, S.E., Koordinator SSR, “bahwa kegiatan hari ini untuk melakukan laporan dan evaluasi tentang program yang sudah dilaksanakan sekaligus untuk merancang program yang akan datang”. Beliau melanjutkan, “adapun beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh SSR antara lain, Aksi 1000 ketuk pintu untuk mendeteksi dini TB kepada masyarakat, Seminar HIV dan AIDS kepada siswa SMA/SMK, Jambore TB se Jatim di Surabaya, dan bedah rumah bagi korban yang sudah sembuh dari TB.
Adapun bedah rumah dilakukan kepada rumah bapak Susanto, warga desa Tajug, Kecamatan Siman yang menghabiskan biaya sebesar Rp 70.000.000 yang dibiayai mandiri oleh Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah dari dana donatur. Dana sebesar itu belum ditambah beberapa donatur yang membantu berupa material dan tenaga kerja. Apabila ditotal kira-kira biaya keseluruhan mencapai Rp 100.000.000. Disampaikan terima kasih kepada donatur.”
Salah satu laporan terkait pelaksanaan bedah rumah bagi penderita TB yang sudah sembuh. Dalam acara tersebut disampaikan beberapa kendala selama program penanggulangan berlangsung sekaligus dicarikan solusi atau pemecahan masalahnya. Diantara beberapa masalah yang muncul adalah, belum semua kecamatan ada kader TB, publikasi di media yang dirasa masih kurang maksimal, dukungan dari pemerintah yang dirasa masih sangat kecil, dan jejaring yang sering ganti personil dalam rapat koordinasi. Beberapa masalah yang muncul itu kemudian dicarikan pemecahan masalah, sekaligus disepakati bahwa rapat koordinasi jejaring akan dilakukan setiap 3 bulan sekali. Agus.
Meskipun acara rapat dilaksanakan siang hari pada bulan ramadhan dan di rumah makan, acara tetap berjalan dengan santai dan menghasilkan beberapa keputusan penting untuk penanggulangan penyakit Tuberkulosis di Ponorogo.
Menurut ketua PDA Ponorogo, Ibu Sulistyorini, SH., “bahwa acara ini dilaksanakan dalam rangka memperkuat jaringan serta untuk terbangunnya komitmen kerjasama antara organisasi organisasi NGO yang peduli penanggulangan penyakit TB.” Lebih lanjut, menurut bu Lis biasa dipanggil, “bahwa program besar bersama adalah Ponorogo Harus Bebas penyakit TB pada tahun 2035, sehingga kerja besar yang dimulai 2 (dua) tahun lalu akan kita rasakan dalam jangka panjang”.
Sementara menurut ibu Suhartini, S.E., Koordinator SSR, “bahwa kegiatan hari ini untuk melakukan laporan dan evaluasi tentang program yang sudah dilaksanakan sekaligus untuk merancang program yang akan datang”. Beliau melanjutkan, “adapun beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh SSR antara lain, Aksi 1000 ketuk pintu untuk mendeteksi dini TB kepada masyarakat, Seminar HIV dan AIDS kepada siswa SMA/SMK, Jambore TB se Jatim di Surabaya, dan bedah rumah bagi korban yang sudah sembuh dari TB.
Adapun bedah rumah dilakukan kepada rumah bapak Susanto, warga desa Tajug, Kecamatan Siman yang menghabiskan biaya sebesar Rp 70.000.000 yang dibiayai mandiri oleh Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah dari dana donatur. Dana sebesar itu belum ditambah beberapa donatur yang membantu berupa material dan tenaga kerja. Apabila ditotal kira-kira biaya keseluruhan mencapai Rp 100.000.000. Disampaikan terima kasih kepada donatur.”
Salah satu laporan terkait pelaksanaan bedah rumah bagi penderita TB yang sudah sembuh. Dalam acara tersebut disampaikan beberapa kendala selama program penanggulangan berlangsung sekaligus dicarikan solusi atau pemecahan masalahnya. Diantara beberapa masalah yang muncul adalah, belum semua kecamatan ada kader TB, publikasi di media yang dirasa masih kurang maksimal, dukungan dari pemerintah yang dirasa masih sangat kecil, dan jejaring yang sering ganti personil dalam rapat koordinasi. Beberapa masalah yang muncul itu kemudian dicarikan pemecahan masalah, sekaligus disepakati bahwa rapat koordinasi jejaring akan dilakukan setiap 3 bulan sekali. Agus.
Ponorogo Diprogram Bebas Penyakit TB Tahun 2035
Reviewed by pdpm
on
Juni 21, 2017
Rating:
Tidak ada komentar