Mendewakan Uang, Hutang RI Rp. 4.000.000.000.000.000, 00 ?
Astaghfirullah....betapa dasyatnya uang, sehingga para petinggi negara, penegak hukum, politisi, NGO, media, pengusaha, bahkan para penjaga gawang moral bangsa sekalipun, tak luput dari cengkeramannya. Sebagian dari mereka benar-benar telah tersandera oleh uang. Sungguh uang telah menjadi penjara yang sesungguhnya. Mengerikan.....
Akhibatnya negeri yang kaya raya ini nyaris nggak ada barokahnya. Hutang negara menembus angka Rp. 4.000.000.000.000.000, 00 ( empat ribu trilyun rupiah ). Kalau tidak hati-hati nanti akan menembus angka keramat. Ironisnya setiap hari tak pernah absen dari kejahatan korupsi. Disempurnakan lagi dengan kejahatan narkoba, mutilasi, transaksi seksual, LGBT, mafia hukum, mafia proyek, mafia tender, adu "kasekten" rekening gendut. Bahkan tak kalah gawatnya, miras dalam beberapa hari terakhir ini sudah merenggut nyawa hampir 100 orang usia produktif.
Sungguh mengerikan, siapa yang salah. Kita punya aparat penegak hukum mulai dari kecamatan sampai ke tingkat pusat. Punya polisi, punya jaksa, punya hakim, punya badan pengawas, punya badan pemeriksa, punya KPK. Singkatnya punya segalanya.
Mereka sebelum menjalankan tugas sudah diambil sumpahnya atau janjinya. Tetapi kenapa sumpah dan janji ketika dilantik sebagai aparatur atau pejabat negara tidak berbekas sama sekali. Sumpah hanya dipandang sebagai sebuah ritual birokrasi semata. Sehingga sumpah dan janji jabatan tidak bermakna dan berbekas untuk menciptakan pemerintahan yang bersih.
Bahkan sumpah dan janji di depan pengadilan sekalipun, tidak menakutkan. Karena Tuhan Yang Maha Kuasa saja sudah tidak ditakuti. Para pemburu uang dan kekuasaan hanya mengenal satu motto dengan uang mereka berkuasa, dan dengan kekuasaan, uang semakin melimpah ruah "tujuh belas keturunan".
Dengan uang yang melimpah ruah, para penggandrung uang bisa membeli pasal dan menjadikan aparat penegak hukum tak berdaya di hadapan mereka. Buktinya kasus BLBI sampai sekarang masih berputar-putar, dengan ditutupi pengalihan isu. Skandal besar tersebut mau dibongkar atau mau diamankan, masih mencari-cari alasan yang kelihatan masuk akal. Tapi yang jelas sebagian besar sudah didaur ulang oleh para penjahatanya sendiri, sedangkan yang sebagian kecil, kecil dan kecil terbukti sudah dialirkan ke beberapa petinggi negara sebagai alat pengaman kejahatan, yang kemarin terkenal dengan gelar sebagai pejabat yang berekening super gendut.
[ Suparno M Jamin, Ponorogo. ITB PER ]
Akhibatnya negeri yang kaya raya ini nyaris nggak ada barokahnya. Hutang negara menembus angka Rp. 4.000.000.000.000.000, 00 ( empat ribu trilyun rupiah ). Kalau tidak hati-hati nanti akan menembus angka keramat. Ironisnya setiap hari tak pernah absen dari kejahatan korupsi. Disempurnakan lagi dengan kejahatan narkoba, mutilasi, transaksi seksual, LGBT, mafia hukum, mafia proyek, mafia tender, adu "kasekten" rekening gendut. Bahkan tak kalah gawatnya, miras dalam beberapa hari terakhir ini sudah merenggut nyawa hampir 100 orang usia produktif.
Sungguh mengerikan, siapa yang salah. Kita punya aparat penegak hukum mulai dari kecamatan sampai ke tingkat pusat. Punya polisi, punya jaksa, punya hakim, punya badan pengawas, punya badan pemeriksa, punya KPK. Singkatnya punya segalanya.
Mereka sebelum menjalankan tugas sudah diambil sumpahnya atau janjinya. Tetapi kenapa sumpah dan janji ketika dilantik sebagai aparatur atau pejabat negara tidak berbekas sama sekali. Sumpah hanya dipandang sebagai sebuah ritual birokrasi semata. Sehingga sumpah dan janji jabatan tidak bermakna dan berbekas untuk menciptakan pemerintahan yang bersih.
Bahkan sumpah dan janji di depan pengadilan sekalipun, tidak menakutkan. Karena Tuhan Yang Maha Kuasa saja sudah tidak ditakuti. Para pemburu uang dan kekuasaan hanya mengenal satu motto dengan uang mereka berkuasa, dan dengan kekuasaan, uang semakin melimpah ruah "tujuh belas keturunan".
Dengan uang yang melimpah ruah, para penggandrung uang bisa membeli pasal dan menjadikan aparat penegak hukum tak berdaya di hadapan mereka. Buktinya kasus BLBI sampai sekarang masih berputar-putar, dengan ditutupi pengalihan isu. Skandal besar tersebut mau dibongkar atau mau diamankan, masih mencari-cari alasan yang kelihatan masuk akal. Tapi yang jelas sebagian besar sudah didaur ulang oleh para penjahatanya sendiri, sedangkan yang sebagian kecil, kecil dan kecil terbukti sudah dialirkan ke beberapa petinggi negara sebagai alat pengaman kejahatan, yang kemarin terkenal dengan gelar sebagai pejabat yang berekening super gendut.
[ Suparno M Jamin, Ponorogo. ITB PER ]
Mendewakan Uang, Hutang RI Rp. 4.000.000.000.000.000, 00 ?
Reviewed by pdpm
on
Mei 26, 2018
Rating:
Tidak ada komentar