Israel Dan Palestina, Refleksi Atas Pengibaran Bendera Israel Di Papua
Sebelum tahun 1948, negara Israel belum ada di dalam peta dunia. Karena untuk memenuhi syarat sebagai negara harus ada wilayah, rakyat dan pemerintahan sendiri. Syarat-syarat itu belum terpenuhi. Untuk memenuhi syarat -syarat tersebut, maka etnis Yahudi diberbagai negara, tentunya dengan dukungan Inggris dan sekutunya, eksodus besar-besaran ke bumi Palestina.
Dari sinilah pertempuran dimulai. Sebuah pertempuran yang tidak seimbang dan datang secara tiba-tiba. Israel yang sudah siap bertempur dengan dukungan Inggris menggempur Palestina. Dalam pertempuran yang tidak seimbang tersebut mengakibatkan sebagian rakyat Palestina mengungsi ke beberapa negara sekitarnya, sampai sekarang.
Timbul pertanyaan, kenapa bumi Palestina yang didudukki secara brutal oleh Israel tersebut PBB dan AS beserta sekutunya hanya diam tak berbuat apa-apa. Pada hal mereka bisa berbuat banyak atau setidak-tidaknya menghentikan peperangan demi terwujudnya perdamaian dunia yang abadi, sesuai dengan piagam PBB. Bukan malah memberi angin kepada Israel, atau terkesan " numpang garu ", sambil mendulang berbagai keuntungan. Berbeda sekali perlakuanya terhadap coboi Timur Tengah, yaitu ketika Sadam Husein Presiden Irak, menganeksasi Negara Kuwait.
Sehingga tidak berlebihan kalau penulis menyebut Presiden AS ketika itu adalah sama saja dengan Presiden Irak Sadam Husein. Mereka berdua sama-sama cowboinya. Hanya berbeda level dan karakter, yang satu ngoboi tanpa sekutu dan yang satunya lagi ngoboi atas nama masyarakat internasional, alias atas nama sekutu.
Dibalik sikap hipokritnya AS dan sekutunya tersebut pasti ada yang diincar, antara lain, sumberdaya alamnya yang kaya akan petro dolar serta pertimbangan geopolitik dan geostrategi bisnis, terutama dalam bidang industri strategis militer.
Sejak awal, bahwa sesungguhnya AS sangat berkentingan untuk menjadikan Timur Tengah sebagai wilayah konflik yang abadi sampai akhir jaman. Setidak-tidaknya dari perspektif bisnis, investasi, dan uji coba senjata mutakhirnya, contoh kasat mata ketika perang teluk. Di ajang pertempuran perang Teluk yang pertama, ditampilkan sebuah pameran gratis tentang kehebatan beberbagai persenjataan canggih. Mulai dari produk AS, Uni Sovyet, Inggris, Perancis, dst. Dan setelah perang usai rudal patriot, rudal scud dan pesawat tempur F.16, pesawat pembom B2, pesawat Sukhoi, semua laris manis dipesan berbagai negara. Hebatkan................., kita semua terkesima dan tertipu oleh permainan mereka.
Setali tiga uang, PBB pun juga diam tak berkutik menyaksikan berbagai pelanggaran PIAGAM PBB maupun pelanggaran HAM berat terhadap penduduk atau bangsa Palestina. Berbagai resolusi PBB dilanggar atau tak digubris.
Menyaksikan berbagai tragedi kemanusiaan yang dialami oleh bangsa Palestina, AS pura-pura tidak tahu. Jangankan AS mendorong PBB untuk memberikan sanksi yang tegas kepada Israel, mengutukpun tidak. AS hanya sebatas menghimbau kepada pihak-pihak yang berkonflik untuk menahan diri sambil menikmati hangatnya copi cangkir dan berbagai kapling sumber daya alam yang telah dipetik dari konflik di Timur Tengah, termasuk di Afganistan.
Makanya benar kalau Bung Karno pernah menyatakan keluar dari keanggotaan PBB, karena PBB hanya sebagai alat imperalisme modern. Deklarasi PBB hanya jadi hiasan serta alat politik negara-nagara sekutu selaku pemenang pada saat Perang Dunia Kedua. Penjajahan dengan segala bentuknya masih tetap ada.
Terbukti perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka dari penjajahan Israel sampai saat ini hanya jadi tontonan PBB, AS dan sekutunya. Pada hal mereka bisa berbuat banyak. Tetapi justru sekarang AS ingin menunjukkan kedikdayaannya dengan memindahkan kedutaannya dari Tel Avip ke Yerusalem.
Oleh karena itu, sebelum bangsa Palestina merdeka dari pejajahan Israel, negara Indonesia tetap konsisten dengan pendiriannya, yaitu tidak akan membuka hubungan deplomatik dengan Israel, karena bertentangan dengan amanat pembukaan UUD 1945 dan Piagam PBB atau telah melanggar asas kemanusiaan dan keadilan.
Dengan demikian pengibaran bendera Palestina dan adanya hubungan deplomatik antara Indonesia dengan Palestina merupakan bentuk dukungan Pemerintah Indonesia terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina. Berbeda dengan pengibaran bendera Israel ketika berpawai di jalanan Papua beberapa hari yang lalu, pengibaran bendera Israel tersebut adalah tidak sesuai dengan pembukaan UUD 1945 dan sekaligus bertentangan dengan sikap Pemerintah Indonesia.
Suparno M Jamin, Ponorogo
Institute Transparansi Birokrasi dan Peradilan ( ITB Per)
Israel Dan Palestina, Refleksi Atas Pengibaran Bendera Israel Di Papua
Reviewed by pdpm
on
Mei 20, 2018
Rating:
Tidak ada komentar