Reformasi Dan Kebebasan
Reformasi jilid I telah melahirkan kebebasan. Yang sebelumnya tak pernah dibayangkan. Semua orang bebas bicara dan berpendapat, seiring dengan peradaban medsos yang tidak mengenal batas teritorial dan waktu. Sayangnya kebebasan tersebut terlalu liberal. Karena tidak dibingkai dengan nilai-nilai moral agama dan etika. Sebuah kebebasan yang liar tak terkontrol. Tak ubahnya seperti raksasa yang tidak kasat mata, meskipun jejak degitalnya tetap dapat dilacak. Sungguh liberalisme di abad medsos tersebut sangat mengerikan.
Apa yang dahulu tabu untuk diucapkan dan dilakukan, sekarang malah dipertontonkan. Dahulu seorang tokoh yang baik dan jujur dihormati, sekarang tidak jarang malahan dicaci-maki dan dibully. Sedangkan seorang tokoh yang sesungguhnya tidak amanat dan pengkhianat, karena dipoles dengan uang haram dan pencitraan, dielu-elukan bak seorang dermawan dan pejuang.
Potret sosial sebagaimana tersebut di atas, diantaranya kita saksikan diawal reformasi, ketika Prof Dr.Ir.Eng. BJ HABIBIE, menyampaikan pidato pertanggungjawaban di depan sidang paripurna MPR-RI, dihujani
dengan teriakan caci-maki dan hinaan, yang luar biasa. Hati kecil saya menjerit, karena sangat tidak obyektif dan keterlaluan. Sungguh tak ada obat penenang yang paling mujarab ketika itu, selain istighfar. Dan tentunya sambil menarik nafas panjang, saat menyaksikan peristiwa tersebut.
Sejujurnya, di bawah kepemimpinan beliaulah, negeri yang nyaris kolap tersebut bisa diselamatkan. Ibarat pesawat yang sudah nyaris runtuh, masih bisa diselamatkan. Seluruh awak pesawat dan penumpang bisa diselamatkan dengan baik dan indah. Kurs mata uang dolar ($) ketika awal beliau dilantik sebagai presiden Rp. 17.000,- lebih, turun secara perlahan-lahan dan pasti, sehingga pada masa akhir jabatan beliau sebagai presiden kurs dolar menjadi Rp. 6.800,-
Sungguh sebuah prestasi yang layak ditulis dengan tinta emas 24 karat.
Dunia juga mengakui dan menghargai karya-karya besar Eyang Habibie, yang menjadi referensi para ahli aeronautika tingkat dunia, dengan puluhan hak paten, yang tidak pernah dimiliki oleh pakar aeronatika dibelahan dunia manapun . Singkatnya sudah tak terhitung lagi karya BJ.HABIBIE yang mengharumkan nama bangsa Indonesia.
Peristiwa yang nyaris serupa terulang lagi, yaitu ketika Prof.Dr. Anies Rasyid Baswedan, Gubernur DKI, bermaksud turun dari tribun kehormatan di stadion Gelora Bung Karno, untuk ikut mendampingi Presiden menyerahkan piala atau penghargaan kepada pemenang kompetisi sepakbola. Gubernur Anies Rasyid Baswedan dihalang-halangi oleh petugas. Sebuah perlakuan yang tidak sepantasnya terjadi, apalagi terhadap seorang Gubernur DKI, yang hanya ingin ikut mendampingi Presiden menyerahkan penghargaan.
Kemudian kebijakan Bang Anies Rasyid Baswedan yang nyata-nyata berpihak kepada rakyat, berpihak kepada yang lemah, berpihak kepada pribumi tergusur, dibully habis-habisan. Bahkan kebijakan untuk bisa hidup yang lebih sejahtera dan bermartabat, serta untuk menyelamatkan moral bangsa dicaci-maki sedemikian rupa lewat medsos. Bahkan ada salah satu TV yang memberikan gelar kepada Prof. Dr. Anies Rasyid Baswedan sebagai gubernur yang paling ruwet di Indonesia.
Oleh karena itu, sudah waktunya bangsa Indonesia menjadikan ibrah, dan bisa memetik hikmahnya atas beberapa peristiwa tersebut di atas. Jangan sampai ada lagi anak bangsa yang selalu merasa paling hebat, paling benar, paling super, dst. Belum tentu yang menghinakan tersebut lebih hebat, lebih berprestasi, lebih mengharumkan nama bangsa Indonesia. Meskipun setiap saat berteriak-teriak aku paling hebat, aku paling NKRI, aku paling toleransi dan aku paling Pancasila. Rakyatlah yang akan menilainya.
Semoga reformasi dan kebebasan semakin beradab dan bermartabat, tidak ada lagi anak bangsa yang seenaknya mengancam akan membunuh Presiden dan menyebut Presiden sebagai kacungnya.
Akhirnya kepada Eyang Habibie dan Bung Anies, selamat berkarya dan berjuang terus. Kami bersama seluruh bangsa Indonesia yang mencintai kejujuran, keadilan dan kemanusiaan, akan tetap bersamamu dan mencintaimu.
SUPARNO M JAMIN
Institute Trsnsparansi Birokrasi & Peradilan (ITB Per).
Reformasi Dan Kebebasan
Reviewed by pdpm
on
Mei 28, 2018
Rating:
Tidak ada komentar