Opini Umat Yang Mabuk Karena Ciu Terorisme
Bagaikan Ciu Oplosan yang konon katanya rasanya pahit dan bikin pusing, bahkan jika tidak kuat bisa menyebabkan kematian. Inilah gambaran issue terorisme di negeri ini yang dari waktu ke waktu seolah-olah terus saja di kendalikan "harga jualnya". Yang terakhir adalah Bom Surabaya yang muncul setelah adanya ricuh di rutan tahanan kasus terorisme beberapa waktu lalu. Infomasi yang muncul di media menanggapi kasus ini sangat beragam, tidak ada yang bisa mengendalikan spekulasi-spekulasi yang muncul dari publik. Rasanya ini adalah buah dari kurang maksimalnya pihak berwenang dalam menyampaikan informasi terakurat dan terkredible, setidaknya ini menurut beberapa kalangan di masyarakat.
Muslim, yang selalu menjadi sasaran empuk untuk dikambinghitamkan, bahkan dijadikan bintang sinetron untuk memuluskan berjalannya sebuah skenario film global yang memang secara kasat mata bisa terlihat tengah disiapkan di berbagai even nasional, seperti menghadapi sebuah dilema. Berpendapat dianggap ngeyel, karena sering berseberangan dengan pendapat pihak lain, diam seperti orang "pekok" ( bodoh ), ini benar-benar ruwet. Opini ini muncul dari sebagian masyarakat yang jenuh dengan isu-isu serupa.
Namun tidak lagi sama opini masyarakat dari kalangan lain yang selalu menjadikan media mainstream sebagai kiblat informasi. Mereka lebih suka langsung men-judge bahwa kasus-kasus Bom memang ulah para teroris yang selama ini sedang di berangus oleh aparat pemerintah, walaupun tidak pernah tuntas. Dan ini harus segera di hentikan, tidak perlu ada ampunan bagi pelaku teror. Karena media patokan mereka memang menggiring kearah yang demikian.
Munculnya berbagai spekulasi di masyarakat adalah lumrah, karena memang kasus-kasus seperti itu membutuhkan kejelian di dalam proses penuntasannya, dan realita menunjukkan seolah-olah penanganannya terkesan lambat. Pihak berwenang diharapkan selalu obyektif dalam mengambil tindakan, dan tidak berlebihan yang bisa saja memunculkan masalah-masalah baru yang meletihkan. Harus cepat dan tepat, namun tidak tergesa-gesa menghubungkan ini dengan sentimen agama.
Sebagaimana disampaikan oleh PP Muhammadiyah Haedar Nashir bahwa kasus semacam ini tidak boleh langsung di kaitkan dengan sentimen agama, karena bisa memunculkan masalah yang baru.
Kita tahu bahwa Bom di Surabaya kemarin menyasar Gereja, orang awam bisa saja langsung membuat opini sendiri bahwa ini pasti ulah orang-orang yang tidak pernah ke Gereja. Ini wajar sekali muncul karena kita tahu bahwa informasi yang bertebaran di media simpang siur.
Maka, penuntasan yang cepat terhadap kasus Bom Surabaya atau kasus-kasus serupa lainnya akan menuntup adanya spekulasi-spekulasi opini yang kadang-kadang seperti orang mabuk kebanyakan minum Ciu Oplosan sebagaimana dibincangkan di forum Whatsapp di berbagai tempat.
Muslim, yang selalu menjadi sasaran empuk untuk dikambinghitamkan, bahkan dijadikan bintang sinetron untuk memuluskan berjalannya sebuah skenario film global yang memang secara kasat mata bisa terlihat tengah disiapkan di berbagai even nasional, seperti menghadapi sebuah dilema. Berpendapat dianggap ngeyel, karena sering berseberangan dengan pendapat pihak lain, diam seperti orang "pekok" ( bodoh ), ini benar-benar ruwet. Opini ini muncul dari sebagian masyarakat yang jenuh dengan isu-isu serupa.
Namun tidak lagi sama opini masyarakat dari kalangan lain yang selalu menjadikan media mainstream sebagai kiblat informasi. Mereka lebih suka langsung men-judge bahwa kasus-kasus Bom memang ulah para teroris yang selama ini sedang di berangus oleh aparat pemerintah, walaupun tidak pernah tuntas. Dan ini harus segera di hentikan, tidak perlu ada ampunan bagi pelaku teror. Karena media patokan mereka memang menggiring kearah yang demikian.
Munculnya berbagai spekulasi di masyarakat adalah lumrah, karena memang kasus-kasus seperti itu membutuhkan kejelian di dalam proses penuntasannya, dan realita menunjukkan seolah-olah penanganannya terkesan lambat. Pihak berwenang diharapkan selalu obyektif dalam mengambil tindakan, dan tidak berlebihan yang bisa saja memunculkan masalah-masalah baru yang meletihkan. Harus cepat dan tepat, namun tidak tergesa-gesa menghubungkan ini dengan sentimen agama.
Sebagaimana disampaikan oleh PP Muhammadiyah Haedar Nashir bahwa kasus semacam ini tidak boleh langsung di kaitkan dengan sentimen agama, karena bisa memunculkan masalah yang baru.
Kita tahu bahwa Bom di Surabaya kemarin menyasar Gereja, orang awam bisa saja langsung membuat opini sendiri bahwa ini pasti ulah orang-orang yang tidak pernah ke Gereja. Ini wajar sekali muncul karena kita tahu bahwa informasi yang bertebaran di media simpang siur.
Maka, penuntasan yang cepat terhadap kasus Bom Surabaya atau kasus-kasus serupa lainnya akan menuntup adanya spekulasi-spekulasi opini yang kadang-kadang seperti orang mabuk kebanyakan minum Ciu Oplosan sebagaimana dibincangkan di forum Whatsapp di berbagai tempat.
Opini Umat Yang Mabuk Karena Ciu Terorisme
Reviewed by pdpm
on
Mei 13, 2018
Rating:
Tidak ada komentar