Aksi Bersama Menjaga NKRI
Kabupaten Ponorogo dikenal masyarakat luas baik itu tinggak nasional maupun internasional karena Budaya Seni Reog yang sudah mendunia. Tidak hanya itu, di tempat ini pula terhampar berbagai wisata alam yang mulai dikembangkan untuk umum. Tanah yang subur menjadikan daerah ini cocok untuk pertanian dan perkebunan.
Selain dikenal dengan berbagai kesenian, wisata, dan sumber daya alamnya, beberapa bulan yang lalu Kabupaten Ponorogo dikenal dan bahkan menjadi sorotan warga negara Indonesia dengan adanya bencana tanah longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung. Bencana tersebut masuk menjadi bencana nasional, banyak relawan dari Ponorogo dan dari luar Ponorogo berkumpul untuk melakukan aksi kemanusiaan pada proses evakuasi korban hilang dan penanganan korban selamat secara bergotong royong.
[caption id="attachment_1226" align="aligncenter" width="480"] Relawan Muhammadiyah pada giat di Pasar Songgolangit[/caption]
Rasanya belum hilang dari ingatan kita terhadap bencana longsor tersebut, kemarin pada hari ahad malam tanggal 7 Mei 2017, terjadi lagi musibah di Kota Reog ini yakni kebakaran pada pasar induk Kabupaten Ponorogo (Pasar Songgo Langit). Hampir 60% bangunan berikut barang dagangan yang ada ludes di lahab Si Jago Merah. Kerugian pun ditaksir ratusan juta rupiah. Meskipun pemerintah daerah sudah secara cepat dan tanggap mengambil sikap untuk menangani musibah ini, akan tetapi duka yang mendalam tetap dirasakan oleh korban yang terdiri dari pedagang pasar yang setiap hari menggantungkan hidupnya dengan berjualan di pasar tersebut. Muhammadiyah melalui KOKAM dan MDMC juga terjun langsung sejak malam itu sampai saat ini untuk melakukan aksi-aksi pengkondisian keadaan di bawah prosedur BPBD.
Dari musibah demi musibah yang terjadi ini, ada sisi lain yang menarik dan wajib kita cermati bersama untuk dipertahankan yaitu adanya gotong royong yang menunjukkan persatuan dan kesatuan masyarakat. Hal ini dapat kita lihat bahwasannya para relawan yang terjun untuk membantu aparatur negara (TNI, POLRI, BPBD) adalah relawan utusan dari berbagai elemen masyarakat termasuk Muhammadiyah. Pada saat bekerja untuk menjadi relawan, mereka tidak memikirkan dari ormas mana mereka berasal, tetapi mereka berfikir bersama dan bahu membahu dalam penanganan bencana baik pada saat proses evakuasi maupun rehabilitasi.(arsd)
Selain dikenal dengan berbagai kesenian, wisata, dan sumber daya alamnya, beberapa bulan yang lalu Kabupaten Ponorogo dikenal dan bahkan menjadi sorotan warga negara Indonesia dengan adanya bencana tanah longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung. Bencana tersebut masuk menjadi bencana nasional, banyak relawan dari Ponorogo dan dari luar Ponorogo berkumpul untuk melakukan aksi kemanusiaan pada proses evakuasi korban hilang dan penanganan korban selamat secara bergotong royong.
[caption id="attachment_1226" align="aligncenter" width="480"] Relawan Muhammadiyah pada giat di Pasar Songgolangit[/caption]
Rasanya belum hilang dari ingatan kita terhadap bencana longsor tersebut, kemarin pada hari ahad malam tanggal 7 Mei 2017, terjadi lagi musibah di Kota Reog ini yakni kebakaran pada pasar induk Kabupaten Ponorogo (Pasar Songgo Langit). Hampir 60% bangunan berikut barang dagangan yang ada ludes di lahab Si Jago Merah. Kerugian pun ditaksir ratusan juta rupiah. Meskipun pemerintah daerah sudah secara cepat dan tanggap mengambil sikap untuk menangani musibah ini, akan tetapi duka yang mendalam tetap dirasakan oleh korban yang terdiri dari pedagang pasar yang setiap hari menggantungkan hidupnya dengan berjualan di pasar tersebut. Muhammadiyah melalui KOKAM dan MDMC juga terjun langsung sejak malam itu sampai saat ini untuk melakukan aksi-aksi pengkondisian keadaan di bawah prosedur BPBD.
Dari musibah demi musibah yang terjadi ini, ada sisi lain yang menarik dan wajib kita cermati bersama untuk dipertahankan yaitu adanya gotong royong yang menunjukkan persatuan dan kesatuan masyarakat. Hal ini dapat kita lihat bahwasannya para relawan yang terjun untuk membantu aparatur negara (TNI, POLRI, BPBD) adalah relawan utusan dari berbagai elemen masyarakat termasuk Muhammadiyah. Pada saat bekerja untuk menjadi relawan, mereka tidak memikirkan dari ormas mana mereka berasal, tetapi mereka berfikir bersama dan bahu membahu dalam penanganan bencana baik pada saat proses evakuasi maupun rehabilitasi.(arsd)
Aksi Bersama Menjaga NKRI
Reviewed by pdpm
on
Mei 16, 2017
Rating:
Tidak ada komentar