Salah Sasaran, Tanggapi Sinis Respon Umat Terhadap Sukmawati
Terkait Puisi kontroversi Sukmawati Soekarno Putri ada saja kalangan yang tanggapi sinis respon umat. Respon umat dianggap berlebih-lebihan dan cenderung mencaci maki. Kalangan ini berpendapat bahwa bisa saja puisi Ibu Indonesia itu memiliki maksud lain, tidak membandingkan syariat hukum Islam yang sebenarnya dengan budaya yang dianggap milik Indonesia sejati. Tidak membandingkan Adzan secara total dengan suara kidung Ibu Indonesia. Pun, tidak membandingkan pakaian muslimah secara real dengan "gelong" ( rambut yang di bentuk bulat ciri khas wanita Jawa tempo dulu ).
Kita tahu bahwa sejak Puisi "Ibu Indonesia" punya Sukmawati diluncurkan, respon masyarakat muslim sangat intens dan hampir semuanya mengkritik tajam akan isi dari puisi tersebut yang memang secara lugas membandingkan Islam dengan "budaya Indonesia". Respon masyarakat yang cenderung marah ini sangat normal, karena sebagai seorang muslim, tidak mungkin boleh diam jika elemen yang ada pada Islam di hina dan atau dilecehkan oleh pihak manapun.
Respon amarah dari masyarakat ini bukan tanpa alasan. Dan ini seharusnya mengundang kepedulian berbagai pihak untuk men-stop segala bentuk aktifitas yang menjadi pemicunya, bukan malah masyarakat yang di nilai, yang di pelototi, yang perlu di interogasi.
Kalangan-kalangan tertentu yang lebih memilih untuk menanggapi respon masyarakat, ini seperti salah sasaran. Bukan mencari solusi dari akar masalahnya, hal ini tentu tidak bisa menyelesaikan masalah. Arah kritikan meraka tidak tepat sasaran.
Orang awam saja sudah tahu apa yang seharusnya dilakukan, yaitu mencari tahu dan mengusut latar belakang munculnya puisi tersebut. Dan yang diusut dalam hal ini adalah Sukmawati sebagai pencipta puisi "Ibu Indonesia" yang sebenarnya sama sekali tidak menggambarkan bagaimana sejatinya Ibu Indonesia.
Jika mereka mengatakan bahwa respon masyarakat cenderung mencaci maki, maka mereka sama sekali tidak sadar bahwa Sukmawati telah lebih dahulu mencaci maki Islam. Jadi mereka kurang sensitif terhadap Puisi konde namun terlalu sensitif terhadap respon masyarakat yang sebenarnya hanya gerakan reflek saja.
Indonesia yang sejati adalah Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, bukan yang selalu membenturkan Islam dengan ke-Indonesia-an.
Kita tahu bahwa sejak Puisi "Ibu Indonesia" punya Sukmawati diluncurkan, respon masyarakat muslim sangat intens dan hampir semuanya mengkritik tajam akan isi dari puisi tersebut yang memang secara lugas membandingkan Islam dengan "budaya Indonesia". Respon masyarakat yang cenderung marah ini sangat normal, karena sebagai seorang muslim, tidak mungkin boleh diam jika elemen yang ada pada Islam di hina dan atau dilecehkan oleh pihak manapun.
Respon amarah dari masyarakat ini bukan tanpa alasan. Dan ini seharusnya mengundang kepedulian berbagai pihak untuk men-stop segala bentuk aktifitas yang menjadi pemicunya, bukan malah masyarakat yang di nilai, yang di pelototi, yang perlu di interogasi.
Kalangan-kalangan tertentu yang lebih memilih untuk menanggapi respon masyarakat, ini seperti salah sasaran. Bukan mencari solusi dari akar masalahnya, hal ini tentu tidak bisa menyelesaikan masalah. Arah kritikan meraka tidak tepat sasaran.
Orang awam saja sudah tahu apa yang seharusnya dilakukan, yaitu mencari tahu dan mengusut latar belakang munculnya puisi tersebut. Dan yang diusut dalam hal ini adalah Sukmawati sebagai pencipta puisi "Ibu Indonesia" yang sebenarnya sama sekali tidak menggambarkan bagaimana sejatinya Ibu Indonesia.
Jika mereka mengatakan bahwa respon masyarakat cenderung mencaci maki, maka mereka sama sekali tidak sadar bahwa Sukmawati telah lebih dahulu mencaci maki Islam. Jadi mereka kurang sensitif terhadap Puisi konde namun terlalu sensitif terhadap respon masyarakat yang sebenarnya hanya gerakan reflek saja.
Indonesia yang sejati adalah Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, bukan yang selalu membenturkan Islam dengan ke-Indonesia-an.
Salah Sasaran, Tanggapi Sinis Respon Umat Terhadap Sukmawati
Reviewed by pdpm
on
April 05, 2018
Rating: