Zulhas: Jangan Percaya Media Mainstream

Menyinggung pemberitaan media mainstream terkait sepak terjang tokoh-tokoh Politik nasional di Indonesia yang cenderung kurang obyektif dan hanya mengunggulkan tokoh-tokoh tertentu saja, Zulhas ( Zulkifli Hasan ) menyerukan jangan percaya begitu saja.

Hal ini beliau sampaikan pada forum tausiyah saat berkunjung di RSUM Ponorogo dalam rangka peletakan batu pertama  Gedung Layanan Terpadu KH. Ahmad Dahlan Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo.

Ini cukup beralasan, karena masing-masing media tersebut punya pemilik, dan pemiliknya pasti memiliki pandangan masing-masing terhadap sebuah informasi. Apalagi jika tidak di dukung dengan kebijaksanaan di dalam menyampaikan sebuah pemberitaan, maka akan terlihat sekali media tersebut mem-blow up tokoh-tokoh tertentu dengan mengesampingkan informasi penting yang muncul dari tokoh lain. Ini semua sangat tergantung dengan pandangan jurnalistik pemiliknya, jika bisa adil di dalam pemberitaan maka tidak berat sebelah, namun jika keadaannya seperti media mainstream di Indonesia secara umum maka masyarakat akan disuguhi informati yang berkepentingan, kurang obyektif dan kurang adil.

" Orang Islam apalagi orang Muhammadiyah jangan percaya pada media mainstream karena mereka ada yang memiliki sehingga apa yang disampaikan tergantung pada pemilik media tersebut ", jelas Zulhas yang saat ini menjabat Ketua MPR RI.

Sementara itu, menyikapi hal ini, Bidang-bidang informasi Pimpinan Muhammadiyah di berbagai daerah telah menyerukan agar setiap Pimpinan Daerah Muhammadiyah beserta ortom bergerak di dunia informasi terutama media online dengan maksud agar bisa menyampaikan informasi kepada publik dengan adil, agar keberpihakan informasi yang disebarkan oleh media mainstream yang kurang adil bisa diimbangi. Salah satu imbas dari seruan ini adalah dibangunnya media pemudamu.com beberapa tahun lalu. Media ini menyampaikan informasi ke masyarakat dengan sangat adil, apa adanya, memberi manfaat dan membuka wawasan, serta mencerahkan sebagaimana slogan Muhammadiyah sebagai induk kebijakan yang diambil oleh tim redaksi. [red]