Pemuda Tidak Nulis ? Harus Malu
Menulis sebuah buku, hanya akan dibaca oleh orang yang mau membeli buku tersebut. Menulis artikel di dalam sebuah majalah juga demikian, hanya dibaca oleh yang memiliki majalah tersebut dan akan semakin banyak dibaca orang jika majalah tersebut di pinjam-pinjamkan ke orang lain. Ini kisah nasib sebuah tulisan di zaman dahulu, di zaman ketika semua sajian tulisan harus dibeli dengan harga yang lebih mahal dari harga garam, pada waktu itu. Hanya segelintir orang saja yang mampu membaca banyak tulisan.
Namun, ini zaman now bro. Zaman, ketika segalanya diceritakan, dikisahkan, disampaikan, disajikan, di terjemahkan, di ceramahkan, dalam bentuk tulisan, Bahkan kita makanpun berpedoman pada menu diet yang kita ketahui dalam bentuk tulisan pula.
Zaman sekarang ini tulisan tidak lagi harus di dapatkan dengen membeli sebuah majalah mingguan, atau koran harian. Bahkan tulisan telah menjadi sajian istimewa hampir seluruh umat manusia sehari-hari, sampai-sampai muncul percakapan menggunakan tulisan. Sudah pada faham kan maksudnya?
Maka, sebagai generasi produktif ( pemuda, red. ), kita harus malu kalau setiap hari hanya bisa menjadi pembaca tulisan. Kata produktif, harusnya gak perlu dijelaskan, itu maknanya membuat bukan menikmati. Jadi sesekali kita harus penjadi "Pemain" dalam munculnya sebuah tulisan yang dengannya semua orang dibuat tergila-gila, jika kita membuat tulisan yang membangkitkan gairah, atau tulisan yang membuat semua orang menangis karena kita membahas tentang sebuah romantisme cinta. Kita juga harus menjadi "pabrik" tulisan yang bisa merubah mindset pembacanya, membenahi opini publik yang telah dirusak oleh "pemain" lain dan seterusnya.
Intinya rek, ayo kita menulis. Tulisan apa saja, yang bisa memberi manfaat pada manusia. Sekecil apapun manfaat yang dihasilkan dari tulisan kita akan menjadi besar manfaatnya jika dibaca oleh banyak orang, apalagi di publikasikan oleh www.pemudamu.com
Bagaimana dengan Dakwah Ceramah VS Dakwah Tulisan ?, tunggu kisah selanjutnya.
Namun, ini zaman now bro. Zaman, ketika segalanya diceritakan, dikisahkan, disampaikan, disajikan, di terjemahkan, di ceramahkan, dalam bentuk tulisan, Bahkan kita makanpun berpedoman pada menu diet yang kita ketahui dalam bentuk tulisan pula.
Zaman sekarang ini tulisan tidak lagi harus di dapatkan dengen membeli sebuah majalah mingguan, atau koran harian. Bahkan tulisan telah menjadi sajian istimewa hampir seluruh umat manusia sehari-hari, sampai-sampai muncul percakapan menggunakan tulisan. Sudah pada faham kan maksudnya?
Maka, sebagai generasi produktif ( pemuda, red. ), kita harus malu kalau setiap hari hanya bisa menjadi pembaca tulisan. Kata produktif, harusnya gak perlu dijelaskan, itu maknanya membuat bukan menikmati. Jadi sesekali kita harus penjadi "Pemain" dalam munculnya sebuah tulisan yang dengannya semua orang dibuat tergila-gila, jika kita membuat tulisan yang membangkitkan gairah, atau tulisan yang membuat semua orang menangis karena kita membahas tentang sebuah romantisme cinta. Kita juga harus menjadi "pabrik" tulisan yang bisa merubah mindset pembacanya, membenahi opini publik yang telah dirusak oleh "pemain" lain dan seterusnya.
Intinya rek, ayo kita menulis. Tulisan apa saja, yang bisa memberi manfaat pada manusia. Sekecil apapun manfaat yang dihasilkan dari tulisan kita akan menjadi besar manfaatnya jika dibaca oleh banyak orang, apalagi di publikasikan oleh www.pemudamu.com
Bagaimana dengan Dakwah Ceramah VS Dakwah Tulisan ?, tunggu kisah selanjutnya.
Pemuda Tidak Nulis ? Harus Malu
Reviewed by pdpm
on
November 17, 2017
Rating:
Tidak ada komentar