Memahami Konteks Antara Fakta Dan Realita
Sedikit berbeda pengertiannya antara realitas sosial dan fakta sosial. Kalau realitas adalah objek atau gejala atau kenyataan yang terpersepsikan oleh indera, maka fakta adalah kenyataan itu sendiri yang tidak ditentukan oleh persepsi manusia. Tongkat kayu yang secara realitas adalah bengkok jika dimasukkan ke dalam air dengan mengambil sudut tertentu, maka faktanya tidaklah demikian. Tongkat tadi tetap lurus, tidak bengkok seperti tampak oleh mata kita. Tampak bengkok karena dipengaruhi oleh perbedaan berat jenis antara air dan udara di atas permukaan air, serta dipengaruhi juga oleh keterbatasan indera kita.
Dalam dunia sosial dikenal dengan realitas sosial dan fakta sosial. Keduanya mempunyai makna yang pada dasarnya sama, yaitu sama-sama berupa kenyataan yang sebenarnya. Hanya yang terakhir ini sudah didukung oleh pengamatan tertentu, sudah teruji atau terbukti nyata adanya. Dengan kata lain, fakta lebih menunjukkan kepada sesuatu yang sudah diamati, kata Babbie (1989:55). Sementara realitas belum seperti itu. Fakta sering dikaitkan dengan istilah dalil atau hukum, yang merupakan suatu generalisasi menyeluruh tentang sekelompok fakta. Sedangkan teori merupakan penjelasan tentang seperangkat fakta dan dalil secara sistematik. Fakta juga sering dikaitkan dengan pengertian paradigma yang lebih berarti sebagai suatu skema atau model mendasar yang mengorganisasikan pandangan kita tentang suatu objek, peristiwa, atau tentang unsur-unsur tadi.
Dalam ilmu, pencarian kebenarannya diusahakan sampai kepada terujinya atau terbuktinya realitas sosial menjadi fakta sosial. Jadi tidak cukup hanya dengan anggapan sekenanya. Adanya kecenderungan para ibu jaman sekarang yang enggan menyusui anak-anaknya dengan ASI dan lebih senang menggantikannya dengan susu sapi, adalah suatu realitas sosial. Adanya perilaku anarkis sekelompok anggota masyarakat terhadap pihak-pihak tertentu di kalangan mereka sendiri, juga merupakan realitas sosial. Satu lagi contoh, banyaknya peristiwa main hakim sendiri (menurut penulis lebih tepat disebut main hakim bersama-sama) di kalangan masyarakat kita dewasa ini, adalah juga sebagai realitas sosial. Semua itu menunjukkan realitas sosial. Faktanya tidak selamanya sama dengan yang tampak di permukaan. Untuk melihat faktanya yang sebenarnya, apakah memang demikian kejadiannya, atau hanya sekadar fenomena sosial yang sedang muncul ke permukaan, bisa dilakukan melalui pengamatan yang saksama dan teliti melalui studi dengan menggunakan metode tertentu yang tepat.
Pengamatan yang saksama juga bisa mengungkapkan secara komprehensif realitas-realitas sosial menjadi fakta sosial. Kata buku, juga media massa, bulan terdiri atas sebongkah batu besar. Tidak ada tumbuh-tumbuhan dan air seperti layaknya di bumi. Ukuran gravitasinya pun hanya sekitar seperenam gravitasi bumi, sehingga jika seseorang mampu meloncat setinggi satu meter di bumi, maka orang tersebut akan mampu meloncat setinggi enam meter di bulan. Itu juga sebuah contoh realitas yang tidak mungkin bisa diamati secara langsung oleh semua ilmuwan. Namun toh orang percaya bahwa faktanya memang seperti itu, sebab percayanya ilmuwan menggunakan tingkat logika yang relatif tinggi, tidak sekadar percaya karena taklid atau percaya tetapi tidak mengetahui alasan kepercayaannya itu.
Ditulis oleh : Adib Khusnul Rois,M.E.I
Dalam dunia sosial dikenal dengan realitas sosial dan fakta sosial. Keduanya mempunyai makna yang pada dasarnya sama, yaitu sama-sama berupa kenyataan yang sebenarnya. Hanya yang terakhir ini sudah didukung oleh pengamatan tertentu, sudah teruji atau terbukti nyata adanya. Dengan kata lain, fakta lebih menunjukkan kepada sesuatu yang sudah diamati, kata Babbie (1989:55). Sementara realitas belum seperti itu. Fakta sering dikaitkan dengan istilah dalil atau hukum, yang merupakan suatu generalisasi menyeluruh tentang sekelompok fakta. Sedangkan teori merupakan penjelasan tentang seperangkat fakta dan dalil secara sistematik. Fakta juga sering dikaitkan dengan pengertian paradigma yang lebih berarti sebagai suatu skema atau model mendasar yang mengorganisasikan pandangan kita tentang suatu objek, peristiwa, atau tentang unsur-unsur tadi.
Dalam ilmu, pencarian kebenarannya diusahakan sampai kepada terujinya atau terbuktinya realitas sosial menjadi fakta sosial. Jadi tidak cukup hanya dengan anggapan sekenanya. Adanya kecenderungan para ibu jaman sekarang yang enggan menyusui anak-anaknya dengan ASI dan lebih senang menggantikannya dengan susu sapi, adalah suatu realitas sosial. Adanya perilaku anarkis sekelompok anggota masyarakat terhadap pihak-pihak tertentu di kalangan mereka sendiri, juga merupakan realitas sosial. Satu lagi contoh, banyaknya peristiwa main hakim sendiri (menurut penulis lebih tepat disebut main hakim bersama-sama) di kalangan masyarakat kita dewasa ini, adalah juga sebagai realitas sosial. Semua itu menunjukkan realitas sosial. Faktanya tidak selamanya sama dengan yang tampak di permukaan. Untuk melihat faktanya yang sebenarnya, apakah memang demikian kejadiannya, atau hanya sekadar fenomena sosial yang sedang muncul ke permukaan, bisa dilakukan melalui pengamatan yang saksama dan teliti melalui studi dengan menggunakan metode tertentu yang tepat.
Pengamatan yang saksama juga bisa mengungkapkan secara komprehensif realitas-realitas sosial menjadi fakta sosial. Kata buku, juga media massa, bulan terdiri atas sebongkah batu besar. Tidak ada tumbuh-tumbuhan dan air seperti layaknya di bumi. Ukuran gravitasinya pun hanya sekitar seperenam gravitasi bumi, sehingga jika seseorang mampu meloncat setinggi satu meter di bumi, maka orang tersebut akan mampu meloncat setinggi enam meter di bulan. Itu juga sebuah contoh realitas yang tidak mungkin bisa diamati secara langsung oleh semua ilmuwan. Namun toh orang percaya bahwa faktanya memang seperti itu, sebab percayanya ilmuwan menggunakan tingkat logika yang relatif tinggi, tidak sekadar percaya karena taklid atau percaya tetapi tidak mengetahui alasan kepercayaannya itu.
Ditulis oleh : Adib Khusnul Rois,M.E.I
Memahami Konteks Antara Fakta Dan Realita
Reviewed by pdpm
on
November 21, 2017
Rating:
Tidak ada komentar